
Pemerintah mengindentifikasi lebih 30% dari total luas terumbu karang di Indonesia sebesar 18.000 kilometer2 mengalami kerusakan parah. Selain disebabkan eksploitasi pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan, kondisi ini diperparah oleh dampak perubahan iklim. Walhasil, selama 50 tahun terakhir, porsi penurunan terumbu karang Indonesia telah meningkat dari 10% menjadi 50% berdasarkan laporan Reefat Risk pada 2002 lalu.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengatakan, luas hamparan terumbu karang Indonesia itu setara 18% dari total luas terumbu karang dunia. Merujuk hasil survei Lembaga Ilmu Pegetahuan Indonesia (LIPI), hingga akhir 2012, hanya 30% terumbu karang dalam status baik, 37% dalam kondisi sedang, dan sisanya rusak parah.
"Pemantauan terumbu karang tersebut dilakukan di 77 daerah yang tersebar dari Sabang hingga Kepulauan Raja Ampat," ujar Sharif usai membuka simposium Terumbu Karang Internasional di Jakarta, Kamis (04/7/2013).
Sharif menekankan, berbagai tantangan konservasi terumbu karang. Di antaranya tuntutan pemenuhan kebutuhan manusia akan hasil laut sehingga berdampak pada penggunaan sumber daya pesisir serta kelautan berlebihan, juga dampak perubahan iklim.
"Perubahan iklim terutama berdampak cukup signifikan pada nelayan dan pola migrasi ikan di wilayah pesisir. Selain itu perubahan iklim menyebabkan naiknya suhu dan permukaan air laut dan asidifikasi air laut yang berdampak langsung pada terganggunya ekosistem pendukung terumbu karang," ujarnya.
Sharif menuturkan, sebagai struktur hidup yang terbentuk dari susunan kalsium karbonat ratusan tahun silam, peran terumbu karang ternyata amat penting menunjang kestabilan ekosistem sekitarnya. Selain itu, terdapat ribuan spesies yang hidup di kawasan terumbu karang seperti lebih dari 2500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis udang-udangan.
"Indonesia termasuk memiliki kawasan terumbu karang paling kaya sedunia dengan total keuntungan pendapatan keuntungan pendapatan sebesar US$ 1,6 milyar/tahun baik dari hasil tanggapan laut yang ditopang terumbu karang maupun pariwisatanya," terang dia.
Selain bernilai luar biasa secara ekonomi, lanjut Sharif, terumbu karang Indonesia turut menopang keseimbangan ekosistem lautan dunia. Bila habis, berbagai spesies yang dimilikinya ikut musnah yang menyebabkan kestabilan ekosistem lautan dan pesisir terganggu.
"Untuk melindungi aset yang luar biasa ini serta memenuhi keperluan mendesak penyelamatan terumbu karang di Indonesia telah mengukuhkan komitmen di dunia internasional. Sehingga Indonesia telah menjadi salah satu negara peserta Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) dari enam negara pemilik segitiga terumbu karang (coral triangle) dunia, seperti Filipina, Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Solomon Island," papar Sharif.