Inisiasi pencadangan dan penetapan kawasan konservasi perairan didasarkan pada
adanya indikasi ancaman terhadap sumberdaya keanekaragaman hayati, penurunan
fungsi ekologis ekosistem dan kerusakan habitat. Sejumlah indikator keberhasilan
ditetapkan untuk mengukur efekti tas pengelolaan kawasan konservasi dalam
keterwakilan ruang (spasial) dan waktu (temporal) terhadap resiliensi dan pemulihan
ancaman tersebut. Penyedian data dan informasi terhadap sejumlah indikator
keberhasilan tersebut dilakukan dengan monitoring. Monitoring kesehatan terumbu
karang dan ekosistem terkait lainnya telah dilakukan di kawasan TWP Pulau
Pieh dan Laut di Sekitarnya, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat pada
Bulan Juli 2014, di 10 stasiun monitoring yang dibedakan atas zona inti dan zona
pemanfaatan. Tujuan monitoring adalah menyediakan data awal (baseline) sebagai
nilai awal (T0) pengukuran perubahan indikator kesehatan karang dan ekosistem
terkait lainnya, menurut ruang dan waktu. Metode yang digunakan dalam penilaian
kesehatan terumbu karang adalah Underwater Photo Transect (UPT) dalam luasan
area potret 2552 cm
sebanyak 50 frame foto dengan 30 titik acak/frame. Penilaian
kelimpahan dan biomassa ikan adalah kombinasi metode Underwater Visual
Cencus (UVC) dan pendugaan panjang ikan (Metode Stick) dalam luasan area 350
m
2
2
meliputi 6 famili kelompok ikan target dan 1 famili ikan indikator. Kelimpahan
megabenthos diukur dengan menggunakan metode Reef Check Benthos (RCB) belt
transect dalam luasan area 140 m
terhadap tujuh biota benthos assosiasi terumbu
yang sudah ditetapkan. Luasan tutupan dan kerapatan vegetasi lamun diukur
dengan menggunakan metode transek kuadrat yang ditarik tegak lurus garis pantai.
Penilaian kerapatan dan tutupan vegetasi mangrove dilakukan dengan menggunakan
metode garis transek dan Hemispherical Photography. Kegiatan monitoring juga
dilengkapi dengan pendugaan sebaran habitat laut dangkal dengan menggunakan
metode penginderaan jauh menggunakan Citra Landsat-8 Path/Row, 127 / 061
dan veri kasi data lapangan (ground truth).
Sebaran habitat laut dangkal umumnya
adalah area terumbu karang dengan tutupan padang lamun dan mangrove tidak
ada, didominasi oleh substrat terbuka berupa dasar berpasir dan karang mati.
Hasil monitoring menujukan bahwa secara keseluruhan kondisi kesehatan karang
berada dalam kondisi CUKUP BAIK, namun tidak terlihat perbedaan tutupan karang
hidup antara zona inti dan zona pemanfaatan yaitu berada dalam kondisi CUKUP
2
BAIK. Potensi ekonomis ikan target mencapai 0,12 kg/m
2
, namun berada dalam
kondisi rentan untuk penangkapan berlebih (over shing). Kehadiran ikan indikator
dengan jumlah jenis yang cukup tinggi memberikan indikasi terumbu karang berada
dalam kondisi sehat. Kelimpahan megabenthos di perairan TWP Pulau Pieh dan
Laut di Sekitarnya cukup tinggi dan beragam, sebaliknya biota pemangsa polip
karang ditemukan dalam jumlah yang cukup besar sehingga patut diwaspadai.
Tidak ditemukan adanya sebaran vegetasi lamun dan mangrove dalam kawasan
TWP Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya. Masih terlihat kehadiran biota langka dan
dilindungi, penyu, kima (Tridacna), susur bundar/lola (Trochus), ikan hiu kecuali
kehadiran ikan napoleon. Terumbu karang TPW Pulau Pieh berada dalam kondisi
KURANG BAIK sampai SANGAT BAIK dengan tutupan rata-rata 41,88% atau dalam
kondisi CUKUP BAIK, selanjutnya menjadi data awal (T0) untuk dibanding dengan
monitoring berikutnya.