Kabupaten Kepulauan Mentawai terletak sekitar 100 km di sebelah barat Pulau Sumatera. Dari beberapa pulau-pulau di Kabupaten ini, terdapat empat pulau besar yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan. Pulau Siberut dengan luas 4.030 km 2 merupakan pulau terbesar diantara pulau-pulau lainnya dalam gugusan Kepulauan Mentawai. Tiga pulau besar lainnya adalah Pulau Sipora (845 km 2), Pulau Pagai Utara dan Selatan (1.675 Km 2) yang terletak di sebelah selatan Pulau Siberut. Pulau Siberut terletak di sebelah selatan khatulistiwa dengan jarak terdekat antara Siberut dan pulau utama (Pulau Sumatera) lebih kurang 128 km, dan jarak langsung antara Padang dan Muara Siberut sejauh 155 km melintasi Selat Mentawai.
Kabupaten Kepulauan Mentawai mempunyai banyak pulau kecil, teluk dan kaya akan ekosistem pesisir seperti terumbu karang (coral reef), hutan bakau (mangrove), dan Lamun (sea grass). Berdasarkan data penelitian Coremap LIPI dan Posteri 1 Sumatera (2001) kondisi persen penutupan karang hidup dibeberapa titik Pulau Sipora berkisar antara 6.42-41.70% (dalam kondisi rusak). Sedangkan penelitian Bappeda Kepulauan Mentawai dan Posteri 1 Sumatera (2004) kondisi persen penutupan karang hidup di beberapa titik Selatan Pulau Siberut berkisar antara 7.58-50.20% (dalam kondisi rusak). Berdasarkan dataûdata diatas maka diperlukan upaya pemahaman terhadap para stakeholder dan masyarakat nelayan tentang arti penting terumbu karang dan upaya-upaya penyelamatannya.
Dalam mengkampanyekan penyelamatan terumbu karang di atas diperlukan komunikasi yang tepat dan efektif berdasarkan kebutuhan stakeholder. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain tersebut mengetahui dan mempunyai makna yang sama tentang hal yang dikomunikasikannya. Dengan demikian diantara orang yang berkomunikasi haruslah tercapai kesamaan pengertian (Effendy, 1993).
Komunikasi dinilai efektif jika rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksud oleh pengirim (sumber), berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima (Tubbs dan Moss dalam Mulyana, 1996). Menurut Goyer dalam Mulyana (1996) komunikasi disebut mulus dan lengkap (efektif) jika respons yang diinginkan sumber dan respons yang diberikan penerima identik. Sedangkan Berlo (1960) menyatakan komunikasi akan berjalan efektif, jika ketepatan dapat ditingkatkan dan gangguan dapat diperkecil. Keadaan ini dapat terjadi pada unsur-unsur komunikasi, yaitu komunikator, pesan, media/saluran dan komunikan.
Untuk mencapai komunikasi efektif seringkali akan mengalami berbagai hambatan yang disebabkan oleh faktor personal maupun faktor situasional. Comton dan Galaway dalam Swastomo (2000) mengemukakan beberapa hall yang merupakan penghambat komunikasi diantaranya adalah: (1) Ketidakmampuan dalam mengkonseptualisasi dan menggunakan simbol-simbol, (2) Kegagalan untuk memakai konsep-konsep yang diterima dan (3) pengaruh lingkungan. Tubbs dan Moss dalam Mulyana (1996) berpendapat bahwa untuk mengukur keefektivan komunikasi tidak cukup dengan mengatakan öorang tersebut telah berhasil menyampaikan maksudnyaö tetapi harus melalui kriteria penilaian tertentu yang benar dan jelas dalam pengukurannya. Menurutnya ada lima yang dapat dijadikan tolok ukur bagi komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang membaik dan tindakan.
Masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan keterbatasan yang ada, baik sebagai kabupaten kepulauan yang susah akses transportasinya, rendahnya sumberdaya manusia, tingkat pendapatan yang rendah, tradisi adat yang masih kuat dan kurangnya sarana komunikasi, mempunyai hambatan yang besar dalam menyampaikan pesan penyelamatan terumbu karang. Untuk itu perlu studi untuk merumuskan jenis komunikasi yang tepat untuk menyampaikan pesan penyelamatan terumbu karang.
Tujuan dan Manfaat
Agar mengkampanyekan penyelamatan terumbu karang di Kabupaten Kepulauan Mentawai tepat dan efektif dan sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai, maka diperlukan terlebih dahulu studi komunikasi yang efektif dalam kampanye penyelamatan terumbu karang sesuai dengan kebutuhan stakeholder. Buku hasil penelitian ini tentunya merupakan masukan berharga bagi upaya merancang program dan menentukan jenis kegiatan yang relevan dengan tujuan, serta informasi untuk pelaksanaan kegiatan.
Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan:
- Mengkaji komunikasi efektif yang disesuaikan dengan kebutuhan stakeholders.
- Mengidentifikasi jenis dan media yang cocok untuk menyampaikan pesan penyelamatan terumbu karang.
Luaran
Berdasarkan penelitian ini dihasilkan luaran sebagai berikut:
- Model komunikasi yang dapat diterapkan di masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk menyelamatkan terumbu karang melalui penyuluhan, poster, brosur dan lain-lain.
- Sistem komunikasi yang dapat diterapkan melalui radio, surat pembaca dan lain-lain.
- Buku saku hasil penelitian berdasarkan kepentingan stakeholders.