2005 - Studi Pengembangan Ekowisata Bahari Di Perairan Kepulauan Mentawai

Peran wilayah pesisir dan laut sudah menjadi bagian penting dari kegiatan pembangunan perekonomian Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Wilayah perairan Kabupaten ini telah dipromosikan dan masuk ke dalam Indonesian Marine Tourism Destination oleh Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Republik Indo-nesia (1998). Hal ini didasari atas kenyataan bahwa perairan ini memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati yang luar biasa (terumbu karang, ombak yang membentuk gua, pantai yang indah) yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara.

Perhatian Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai telah terfokus pada pengembangan sektor wisata bahari, sesuai dengan sektor unggulan dari perencanaan pembangunan. Pada saat ini di beberapa lokasi dari kabupaten ini telah dikem-bangkan dan dimanfaatkan sebagai lokasi selancar, karena memiliki ombak yang cukup besar. Namun sarana, prasarana dan sumberdaya manusia masih terbatas, untuk menonjolkan dan menopang kegiatan wisata secara maksimal. Data yang tersedia dari kawasan tersebut belum memadai, sehingga pendayagunaan potensi pesisir dan laut belum optimal dan masih menghadapi masalah yang serius.

Untuk dapat memanfaatkan kawasan pesisir Kabupaten Kepulauan Mentawai berikut sumberdayanya secara optimal dan lestari, maka perlu dilakukan kajian tentang alternatif jenis wisata bahari selain selancar, seperti wisata pantai, wisata selam dan snorkeling, wisata pemancingan dan lain-lainnya. Untuk itu, melalui proyek COREMAP Fase II dilakukan kajian komprehensif dan mendalam mengenai bentuk dan model ekowisata bahari yang sesuai dengan kondisi wilayah dan karakter masyarakat setempat.

Tujuan penelitian adalah untuk melakukan iden-tifikasi terhadap lokasi-lokasi yang dapat dikembangkan menjadi lokasi wisata bahari, melakukan analisis peruntukan masing-masin lokasi, dan melakukan analisis aksesibilitas.

METODOLOGI

Penelitian dilakukan di Kecamatan Siberut Sela-tan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat, dan meliputi desa-desa Katurai, Muara Siberut, dan Maileppet. Studi ini memanfaatkan data primer dan data sekunder. Data pri-mer berbentuk data biofisik/fisiografi, fisik binaan dan non fisik yang diperoleh dari hasil pengamatan, pengukuran, penghitungan langsung di la-pangan, dan penyebaran daftar isian serta pemotretan. Data sekunder meliputi data elemen fisik dan non fisik yang mencakup kondisi alam, kon-disi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, ak-tivitas pariwisata, sarana dan prasarana pariwisata. Data sekunder diperoleh dari instansi, dinas maupun fihakfihak terkait lainnya serta laporan perencanaan (RIPP/Rencana Induk Pengembangan Pariwisata), makalah, laporan penelitian, studi pustaka, referensi, dan artikel-artikel yang terkait dengan pariwisata bahari.


KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

  • Pulau Siberut Selatan merupakan kawasan yang cukup sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata bahari.
  • Obyek ekowisata bahari yang sudah dikenal di sekitar Pulau Siberut Selatan adalah Pulau Nyang-Nyang, Pulau Karang Majat, Pulau Masilok, Desa Katuarai, Pulau Botiek, Pulau Mainu, dan Pantai Maileppet yang merupakan daerah ekowisata bahari yang terintegrasi.
  • Perlu dikembangkan jaringan transportasi laut untuk meningkatkan aksesibilitas antar pulau dan antar daerah ekowisata bahari di Siberut Selatan.
  • Untuk meningkatkan daya tarik perlu dikembangkan fasilitas akomodasi, jaringan telekomunikasi, kelistrikan, dan prasarana lainnya.

Hasil analisis SWOT: i. Meningkatkan kualitas obyek wisata bahari denganpenyediaan sa-rana dan prasarana yang memadai; ii. Membuat satu paket terintegrasiantara Siberut Selatan dan wisata Sumatera Barat; iii. Meningkatkan  promosi ekowisata bahari; iv. Melakukan perlindungan dan pengawasan terhadap potensi ekowisata bahari; v. Mengu-payakan pengelolaan dan rehabilitasi terumbu  karang dan peningkatan kualitas SDM.