
Pemanfaatan wilayah pesisir dan laut antara lain dilakukan melalui berbagai kegiatan, seperti perikanan, perhubungan, pertanian pesisir, pariwisata, permukiman, daerah latihan militer, dan sebagainya yang kesemuanya mempunyai batasan-batasan pemanfaatan. Selain kegiatan pemanfaatan, terdapat juga beberapa kegiatan pengelolaan sumberdaya alam yang juga mempunyai ruang-ruang, seperti daerah konservasi hutan, perlindungan satwa dan sebagainya. Dan masing-masing ruang terbatas tersebut telah sedemikian rupa menempati keseluruhan ruang wilayah pesisir dan laut. Dalam pemanfaatan ruang-ruang tersebut, masyarakat pesisir khususnya masyarakat yang pesisir sangat menggantungkan hidupnya dengan melakukan aktifitas di bidang perikanan, baik itu penangkapan maupun budidaya.
Dalam pengelolaan kawasan bidang budidaya perikanan masyarakat pesisir di wilayah COREMAP Kabupaten Natuna tengah mengusahakan kegiatan keramba jaring tancap dan budidaya rumput laut. Dalam pengembangan usaha Keramba Jaring Tancap dan Budidaya Rumput Laut yang dilakukan oleh masyarakat selama ini diketahui bahwa mereka hanya berpedoman kepada pengalaman rekan mereka dan dari informasi yang dapatkan. Dari kondisi ini mengakibatkan masih dijumpainya permasalahan-permasalahan dalam kegiatan keramba Jaring Jaring Tancap yang dialami oleh pelaku seperti: tingkat kematian yang tinggi, kerusakan KJT akibat penempatan yang kurang tepat. Sedangkan untuk usaha budidaya rumput laut belum diketahuinya masa pertumbuhan yang baik untuk rumput laut yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Selain itu dalam melakukan kedua usaha ini masyarakat tidak memilih lokasi yang sesuai dengan prasyarat, baik itu daya dukung lingkungan maupun peruntukkan wilayah. Faktor yang menjadi penentu untuk saat sekarang ini lebih kepada kedekatan dengan pemukiman. Padahal dalam usaha KJT dan budidaya rumput laut terdapat beberapa parameter yang menjadi kunci keberhasilan. Oleh karenanya sangat perlu dilakukan pengidentifikasian lokasi-lokasi yang cocok dan layak secara parameter guna pengembangan usaha KJT dan budidaya rumput laut ini.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui lokasi yang cocok untuk pengembangan keramba jaring tancap, lokasi yang cocok untuk budidaya rumput laut, daya dukung perairan untuk kedua komoditi tersebut dan kelayakan ekonomis budidaya rumput laut. Lokasi kegiatan bertempat di beberapa desa dan perairan yang ada di Kabupaten Natuna, yaitu ; Desa Kelarik, Desa Pengadah, Desa Kelanga, Desa Tanjung, Desa Sepempang, Desa Cemaga dan perairan sekitar P. Tiga.
Untuk menyelesaikan pekerjaan ini dilakukan beberapa pendekatan sesuai dengan tujuan penelitian serta luaran yang diharapkan. Berdasarkan tujuan penelitian yang terdiri dari empat point, maka dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan 4 cara pendekatan studi, yaitu;
- Analisa spasial dengan pemanfaatan aplikasi sistem informasi geografis guna menentukan lokasi yang cocok untuk keramba jaring tancap dan budidaya rumput laut.
- Analisis parameter lingkungan guna mengetahui daya dukung lingkungan perairan terhadap keberlanjutan usaha KJT dan Budidaya rumput Laut.
- Uji coba (experimental method) pembudidayaan rumput laut pada lokasi terpilih guna mengetahui laju pertumbuhan.
- Pendekatan ekonomi guna mengetahui kelayakan usaha KJT dan Budidaya rumput laut.
Hasil analisa spasial memperlihatkan bahwa luas kesesuaian kawasan budidaya rumput laut adalah: sangat sesuai seluas 68.496,2 ha, sesuai seluas 97.421 ha, tidak sesuai seluas 60.968,7 ha. Untuk luas kesesuaian kawasan budidaya keramba jaring tancap adalah: sangat sesuai seluas 70.692,5 ha, sesuai seluas 98.517,9 ha, Tidak sesuai seluas 61.323,2 ha.
Sementara itu daya dukung perairan untuk kegiatan budidaya diperoleh dari luas lahan sangat sesuai dikurangi dengan pemanfaatan lainnya dengan demikian maka luas lahan yang efektif untuk pengembangan budidaya rumput laut sebesar 28.916 ha (60% dari luas sangat sesuai).
Melalui pendekatan uji coba dengan menggunakan demontration plot di Desa Sepempang laju terlihat pertumbuhan harian (daily gorowth rate) selama pemeliharaan adalah 4,58%, dengan berat rata-rata rumpun 485 gr. Secara umum diketahui dari ujicoba yang dilakukan terjadi peningkatan berat rumput laut selama masa pemeliharan dan peningkatan pertumbuhan terlihat linear. Untuk demontration plot Desa Kelarik laju pertumbuhan harian (daily gorowth rate) selama pemeliharaan hanya mencapai 2,61 % (untuk berat akhir, W40= 280 gr). Terjadi penurunan berat dari berat sebelumnya, hal ini diketahui karena adanya gangguan dari hewan pemangsa, yaitu dari jenis ikan dingkis dan predator lainnya.
Dari perhitungan analisa finansial diketahui bahwa usaha budidaya rumput laut layak untuk dikembangkan dengan beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian