
Program COREMAP telah terlaksana sampai ke Fase II. Dalam Fase sebelumnya Fase ini telah banyak kegiatan yang dilakukan untuk mengamati kondisi karang dan ekosistem terumbu karang, perkembangan yang terjadi, apakah itu ke arah yang lebih baik ataupun semakin buruk. Metode-metode pemantauan telah dilakukan dan di ujicobakan dalam kegiatan studi baseline maupun monitoring terumbu karang di lokasi-lokasi COREMAP. Metode-metode yang dipakai disesuaikan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Metode-metode tersebut, masing-masing mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Metode ôRapid Reef Resources Inventoryö (RRI), dapat dipakai untuk pemantauan suatu area terumbu karang yang luas dalam waktu yang singkat, namun kekurangannya terletak pada daya visualisasi sipengamat. Metode pemantauan dengan ôLine Intercept Transectö dianggap terlalu ilmiah, dan kurang tepat untuk menjawab perubahan yang terjadi di suatu area terumbu karang yang luas karena hanya terpatok pada lokasi transek permanen saja. Namun untuk menjawab keanekaragaman karang, metode ini lebih cocok. Untuk keperluan manajemen terumbu karang, dan untuk menjawab naik maupun turunnya persentase tutupan ataupun kehadiran karang hidup, yang dipantau di suatu lokasi yang luas dalam waktu yang singkat digunakan metode ôPoint Intercept Transectö (PIT). Metode ini diujicobakan di lokasi-lokasi konservasi yang dipatok oleh masyarakat desa setempat, yaitu di lokasi daerah perlindungan laut (DPL). Metode ini lebih sederhana tapi terukur, karena dapat menghihasilkan persentase tutupan kehadiran karang hidup dalam waktu yang singkat dan mencakup area yang luas. Diharapkan masyarakat setempat yang diwakili oleh staf CRITC daerah dapat melakukan sendiri monitoring kondisi terumbu karang di masing-masing lokasi DPL, yang sudah diawali dengan studi baseline di lokasi yang sama oleh staf CRITC pusat.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk melakukan studi baseline ekologi di lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL), yang meliputi pengamatan di bidang Sistem Informasi Geografis (SIG), kondisi karang, ikan karang dan megabentos membuat plot transek permanen untuk keperluan pemantauan diwaktu mendatang. Data yang dikumpulkan dipakai sebagai data dasar, sebagai acuan untuk pemantauan di lokasi yang sama pada waktu mendatang.
HASIL
- Dari pengamatan yang dilakukan di 20 lokasi transek dari 10 DPL di Kabupaten Selayar diperoleh hasil sebagai berikut :
- Lokasi DPL seluruhnya terletak di ujung tubir rataan terumbu karang yang menempel pada pulau. DPL Pattikarai merupakan DPL terluas dengan luas 28,80 Ha
- Dari hasil pengamatan diperoleh jenis karang batu di 10 lokasi DPL sebanyak 102 jenis yang mewakili 15 suku
- Jumlah jenis terbanyak dijumpai di DPL 5 sebanyak 63 jenis yang mewakili 13 suku dan lokasi yang sedikit jumlah jenis karang batu adalah DPL 10 yaitu 8 jenis yang mewakili 5 suku.
- Kecilnya jumlah jenis karang batu di lokasi DPL 10 disebabkan karena lokasi ini mempunyai pola gelombang yang cukup kuat terutama pada musim timur. Sedangkan tingginya jumlah jenis di lokasi DPL 5, karena lokasi ini jauh dari pemukiman penduduk, merupakan sebuah gosong pulau dan digunakan sebagai salah satu lokasi penyelaman di Pulau Selayar.
- Dari 20 transek yang dilakukan di 10 lokasi DPL, dicatat bahwa biota megabentos didominasi oleh karang jamur (CMR) Fungia spp. dan bulu babi (Diadema setosum) , kemudian diikuti oleh kima berukuran kecil (small giant clam), kima berukuran besar (large giant clam)
- Dari hasil sensus visual di10 lokasi DPL, dicatat total jumlah jenis dan jumlah individu ikan karang 170 jenis / 5431 individu dengan perincian: ikan major 101 jenis / 3527 individu, ikan target 54 jenis / 1655 individu dan ikan indikator 15 jenis / 249 individu.
- Dari hasil sensus visual di 20 transek, dari 15 jenis ikan indikator yang ditemukan, dicatat 3 jenis yang dominan, yaitu berturut-turut jenis Chaetodon kleini (53 individu), Chaetodon vagabundus (49 individu) dan Heniochus varius (40 individu). Dari ketiga jenis ikan indikator tersebut, yang sebaran jenisnya hampir merata ialah Chaetodon kleini dan Chaetodon vagabundus, dimana dari 20 transek, frekuensi kehadiran kedua jenis ini ada di 15 transek.
- Untuk kelompok ikan major, yang merupakan kelompok dengan jumlah jenis maupun jumlah individu terbanyak, jenis yang dominan ialah berturut-turut Pomacentrus moluccensis (381 individu), Pseudanthias hutchi (365 individu) dan Chrysiptera cyanea (225 individu). Jenis ikan major lain yang jumlah individu totalnya di atas nilai 100 ialah Chromis ternatensis (192 individu), Scarus sordidus (157 individu), Abudefduf vaigiensis (140 individu), Pomacentrus bankanensis (131 individu) dan Chromis viridis (115 individu).
- Dari kelompok ikan target, dicatat ada 2 jenis yang dominan yaitu dari suku Caesioniidae, jenis Pterocaesio tile (490 individu) dan Caesio cuning (310 individu). Sebaran kedua jenis ini tidak merata di semua lokasi transek, namun kelimpahannya di bebarapa lokasi mencapai nilai 100 individu, seperti yang dicatat di SLYP 04, SLYP 05 ( 80 individu) untuk Caesio cuning dan di SLYP 02, SLYP 04 dan SLYP 06 untuk jenis Pterocaesio tile. Jenis ikan target lainnya sebarannya tidak merata dengan jumlah individu di masing-masing lokasi transek berkisar antara 1- 50 individu / transek.
SARANPerlu adanya keseragaman kriteria dalam penentuan batas-batas, luasan suatu DPL, dengan memperhitungkan kondisi geografi, batimetri dan kondisi pantai maupun pesisir lainnya, seperti kondisi pesisir pantai yang landai atau terjal, mengingat ada DPL yang sangat luas dan ada yang sangat sempit. Hal ini disebabkan karena penarikan batas wilayah DPL pada daerah ini dimulai pada ujung tubir hingga ke arah garis pantai sejajar dengan lebar rataan terumbu. Berbeda halnya dengan DPL lainnya yang wilayahnya ditentukan hanya pada wilayah tubir dan sejajar mengikuti bentuk tubir. Keberadaan DPL hendaknya dapat mewakili keseluruhan desa secara merata di Kabupaten Selayar. Kondisi seperti ini sangat berpengaruh terutama dalam lebar atau sempitnya terumbu yang berpengaruh langsung pada zonasi karang.