2007 - BME Sosial Ekonomi Kabupaten Raja Ampat (Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Lokasi COREMAP II Kabupaten Raja Ampat)

Studi yang dilakukan di dua distrik lokasi Coremap II: Distrik Waigeo Selatan dan Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat ini, bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisa data dasar mengenai kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya laut, khususnya terumbu karang. Hasil studi diharapkan dapat dipakai sebagai masukan-masukan dalam merancang, melaksanakan dan memantau program COREMAP. Di samping itu, hasil studi ini juga merupakan titik awal (T0) yang menggambarkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat sebelum program/intervensi Coremap dilakukan.

Dalam mengumpulkan data, studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui sensus terhadap seluruh rumah tangga di Kampung Friwen, Yenbeser dan Mutus. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data seperti wawancara mendalam, focused group discussion/FGD) (diskusi kelompok terfokus) dan observasi di lapangan.

Potensi sumber daya laut dan pesisir di wilayah Raja Ampat cukup melimpah, hamparan terumbu karang di wilayah ini cukup luas dan kaya akan berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya. Pulau ini juga mempunyai pantai yang cukup indah dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai aset wisata. Selain itu, wilayah daratan Kabupaten Raja Ampat, juga menyimpan potensi sumber daya alam berupa tanaman perkebunan seperti kelapa, coklat dan sagu.
 
Perairan di Distrik Waigeo Selatan dan Waigeo Barat, pada khususnya dan Kabupaten Raja Ampat pada umumnya yang kaya akan potensi sumber daya laut yang bernilai ekonomi tinggi menjadi wilayah tangkap nelayan-nelayan dari berbagai daerah seperti dari Sorong, Bali, bahkan nelayan dari Thailand dan Philipina. Sebagai daerah tangkapan nelayan dari berbagai wilayah, perairan ini rawan terhadap penggunaan jenis-jenis alat tangkap yang merusak (bom, potas dan trawl).

Pengelolaan potensi sumber daya alam, khususnya sumber daya laut di wilayah perairan Waigeo Selatan dan Waigeo Barat berkaitan erat dengan kondisi sosial-ekonomi penduduknya. Kehidupan penduduk sangat tergantung pada pemanfaatan potensi sumber daya laut, meskipun sumber daya alam di darat berpotensi untuk dikembangkan. Bagaimana dampak dari hasil pemanfaatan sumber daya laut oleh nelayan lokal dengan teknologi yang sederhana tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat, khususnya tingkat pendapatan? Berikut ini ringkasan gambaran pendapatan penduduk di 3 kampung lokasi Coremap di Distrik Waigeo Selatan dan Waigeo Barat.

Dari data terlihat bahwa pendapatan penduduk relatif tinggi, rata-rata pendapatan rumah tangga sekitar Rp 1.000.000 dan per-kapita Rp 280.000. relatif tinggi. Pendapatan rumah tangga dari kegiatan kenelayanan mencapai sekitar Rp 954.000 dan per-kapitanya Rp 254.000. Pengaruh musim terhadap pendapatan nelayan cukup signifikan yang terlihat dari perbedaan pendapatan menurut musim. Pendapatan nelayan pada musim gelombang kuat merosot drastis menjadi hanya sekitar seperlimanya dari pendapatan pada musim gelombang lemah.


Ringkasan Pendapatan Penduduk
No
  Uraian
Pendapatan
 1 Pendapatan rata-rata rumah tangga  Rp. 1.012.000
 2 Pendapatan per-kapita  Rp 280.700
 3 Pendapatan rata-rata rumah tangga
nelayan (kegiatan kenelayanan)
 Rp 954.000
 4 Pendapatan per-kapita rumah tangga
nelayan (kegiatan kenelayanan)
 Rp 254.000
 5 Pendapatan rata-rata rumah tangga
nelayan di musim gelombang lemah
 Rp 1.605.100
 6  Pendapatan rata-rata rumah tangga
nelayan di musim pancaroba
 Rp 625.000
 7 Pendapatan rata-rata rumah tangga
nelayan di musim gelombang kuat
 Rp 310.600
Sumber: Data primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial
Terumbu Karang Indonesia, 2006. 



Relatif tingginya pendapatan penduduk di lokasi Coremap tidak berdampak secara signifikan terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat, karena mahalnya biaya produksi dan kebutuhan pokok: pangan, sandang dan papan.Tingginya biaya produksi and biaya hidup ini terkait dengan kondisi geografis yang relatif terpencil, faktor alam yang kurang bersahabat pada musim selatan dan minimnya sarana transportasi. Mahalnya biaya produksi dan biaya kebutuhan hidup ini menyebabkan pendapatan riil yang diterima masyarakat menjadi kecil nilainya.

Faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan penduduk diantaranya adalah, masih rendahnya penguasaan teknologi penangkapan, terbatasnya sumber pendapatan lain di luar sektor perikanan, biaya produksi yang tinggi, minimnya sarana dan prasarana terkait dengan kegiatan kenelayan, kendala pemasaran yang menyebabkan monopoli dan harga dikuasai oleh pedagang.