
Kabupaten Lingga merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam Provinsi Kepulauan Riau. Ibu kota Kabupaten Lingga terletak di Kota Daik. Kabupaten Lingga memiliki luas wilayah sekitar 2.117,72 km
2 dengan jumlah penduduk sekitar 86.150 jiwa dengan kepadatan 41 jiwa/km
2. Secara administratif Kabupaten Lingga terdiri dari 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Lingga, Lingga Utara, Senayang, Singkep dan Singkep Barat. Wilayahnya Kabupaten Lingga berbatasan dengan Kota Batam di sebelah utara, Laut Bangka dan Selat Bangka di sebelah selatan, Laut Indragiri di sebelah barat dan Laut Cina Selatan di sebelah timur. Kabupaten ini terdiri dari tiga gugusan pulau besar yaitu Senayang di sebelah utara, Lingga di tengah-tengah dan Singkep di ujung paling selatan. Pulau Lingga adalah yang terbesar diantara dua gugusan pulau lainnya. Sebagai daerah kepulauan, tak sedikit kegiatan ekonomi kabupaten ditopang dari hasil perikanan karena perairan disekelilingnya yang mencapai 95 persen dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Lingga.
Kondisi wilayah yang demikian membawa konsekwensi ketergantungan masyarakatnya terhadap sumberdaya perikanan sangat besar. Sehubungan dengan itu sumberdaya kelautan dan perikanan akan mendapat tekanan semakin berat sehingga dapat mengancam kelestarian sumberdaya itu sendiri. Tekanan terhadap sumberdaya juga dipengaruhi oleh terbukanya pasar yang dapat menampung hasil-hasil perikanan. Pasar komoditas perikanan yang cukup besar adalah Batam dan Tanjung Pinang. Komoditas perikanan dapat dipasarkan di daerah tersebut maupun di ekspor ke Negara tetangga yaitu Singapore dan Malaysia. Salah satu produksi perikanan yang diminati selain ikan adalah jenis kerang gonggong (Strombus turturella). Hal tersebut, karena kerang gonggong mempunyai gizi yang tinggi dan dapat meningkatkan stamina atau daya tahan tubuh karena mengandung asam-asam amino yang lengkap.
Gonggong dikelompokkan ke dalam Filum Moluska, kelas Gastropoda, Famili Strombidae, Genus Strombus, Spesies Strombus sp. Hewan ini merupakan moluska bentik yang hidup di perairan pasir berlumpur dan sering bersembunyi di bawah seagrass adapun kebiasaan makan hewan ini tergolong herbivora.
Gonggong merupakan jenis gastropoda yang disukai orang untuk dikonsumsi baik oleh wisatawan domestik maupun internasional. Di kota-kota di Provinsi Kepulauan Riau seperti Tanjungpinang dan Batam, gonggong merupakan makanan khas yang banyak disajikan di restoran-restoran sea food dan tempat jajanan (Akau). Gonggong ini merupakan komoditi khas sehingga gonggong dijadikan maskotnya Provinsi Kepulauan Riau. Kondisi yang seperti ini mengakibatkan hewan-hewan ini sering diburu atau dieksploitasi tanpa memperhatikan kelestariannya. Sementara itu usaha budidayanya belum dilakukan.
Mengingat demikian besar minat masyarakat untuk mengkonsumsi gonggong dikhawatirkan jenis ini pada suatu waktu akan punah. Gonggong yang diperdagangkan di restoran dan pusat jajanan (akau) berasal dari hasil tangkapan dari alam. Sementara itu usaha budidayanya belum dilakukan karena beberapa hal: 1). Sulitnya mendapatkan benih dari alam, 2). Teknologi pembenihan yang belum dikuasai, 3). Belum dikuasainya teknologi budidaya, dan 4). Lambatnya pertumbuhan gonggong.
Oleh karena kecenderungan pemanfaatan gonggong terus meningkat, sedangkan teknologi budidayanya belum dikuasai. Hal tersebut dikhawatirkan akan punahnya sumberdaya hayati gonggong. Dengan demikian usaha-usaha penyelamatannya perlu dilakukan. Salah satu usaha penyelamatan perlu dilakukan adalah dengan usaha perlindungan kawasan yang menjadi habitat gonggong tersebut dan pengaturan eksploitasinya.
Usaha perlindungan kawasan yang menjadi habitat gonggong dan pengaturan eksploitasinya pada tahap awal diperlukan studi yang berhubungan dengan inventarisasi kawasan sebaran habitat gonggong. Kawasan tersebut diidentifiksi berdasarkan kepadatan dan ukuran gonggong yang ditemukan. Disamping itu, perlu juga diketahui tingkat ekploitasi yang dilakukan baik yang berhubungan dengan waktu, tingkat ekploitasi, serta produksi dan lain sebagainya.
Dengan diketahuinya kawasan sebaran habitat gonggong di Lokasi Coremap II Kabupaten Lingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kawasan perlindungan dan pengaturan waktu penangkapan, sehingga keberadaan gonggong dapat dipertahankan dan tidak punah.
KesimpulanDari apa yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu:
- Siput gonggong yang ditemui pada lokasi penelitian yaitu dari jenis Stombus turturella dengan klasifikasinya yaitu Kingdom: Animalia, Phylum: Mollusca, Class: Gastropoda, Ordo: Neotaenioglossa, Family: Strombidae, Genus: Strombus dan Species : Strombus turturella.
- Siput gonggong berdistribusi pada daerah pulau Lingga bagian utara yaitu ditemui pada Desa Limbung, Desa Bukit Harapan, Desa Linau danDesa Sekanah. Kelimpahan siput gonggong (Strombus turturella) padalokasi penelitian berkisar antara 0,2 û 1,9 individu/m2 atau rata-ratakelimpahan siput gonggong (Strombus turturella) berkisar antara 0,2 û 1,8 individu/m2.
- Hasil pengukuran terhadap siput gonggong diketahui berat rata-rata siput gonggong 28,23 gr dengan kisaran berat antara 13,7 û 47,6 gr. Panjang siput gonggong berkisar antara 49 û 78 mm dengan rata-rata panjang 64,13 mm. Ketebalan bibir luar (OL) yang ditemukan berkisar antara 1 û 6 mm dengan rata-rata 2,76 mm.
- Hubungan panjang dan berat siput gonggong menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara panjang dengan berat siput gonggong yaitu 0,75. Bentuk hubungan positif tersebut membentuk persamaan Y = 3,086 e0,033X, atau untuk menduga berat (W) mengunakan persamaan tersebut yaitu W= 3,086 e0,033SL. Laporan Akhir, Studi Distribusi & Eksploitasi Siput Gonggong di Lokasi Coremap II Kab. Lingga 6-2
- Kondisi habitat siput gonggong menunjukkan bahwa kualitas perairan tergolong baik dengan fluktuasi pasang surut berkisar antara 1,2 û 1,5 m. Kedalaman perairan berkisar antara 4,2 û 6,0 m. Suhu perairan selama studi berkisar antara 26,0 û 28,2oC. Kecerahan perairan berkisar 4,3 û 5,0 m. Sedangkan kecepatan arus yaitu sebesar 0,4 m/detik. Oksigen terlarut berkisar antara 5,1 û 7,0 mg/l. Kondisi salinitas yaitu sebesar 35,0 o/oo dan pH perairan mencapai 8,11 û 8,41. Sedangkan dasar perairan yaitu pasir berlumpur.