2010 - Studi Pengembangan Dan Penerapan Teknik Pengasapan Ikan Tongkol di Kabupaten Natuna

Ikan asap yang umumnya dibuat dari ikan tongkol sebenarnya sudah cukup populer dan disenangi oleh pendatang. Namun dari sudut kualitas, produk pengasapan ini masih tergolong rendah yang menyebabkan masa simpan dan daya jangkau ke pasar di luar Natuna masih sangat terbatas. Rendahnya kualitas dapat disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan teknologi masyarakat pengolah, penggunaan bahan bakar yang kurang tepat, mungkin juga oleh penanganan awal ikan yang akan diolah tidak mengikuti prosedur standar dan penggunaan peralatan rumah asap yang kurang memadai. 

Di sisi lain, peningkatan produksi ikan asap yang berkualitas di Kabupaten Natuna ini memiliki arti yang cukup strategis. Peningkatan intensitas industri hilir untuk skala rumah tangga sampai ke skala menengah ini dapat menciptakan usaha dan pertumbuhan ekonomi baru di wilayah sumber ikan ini. Tambahan lagi, peningkatan produksi ikan tongkol asap akan memotivasi masyarakat nelayan lokal untuk meningkatkan produksi dan produktifitas mereka. Oleh karena itu, berbagai masalah yang terkait dengan mutu akhir ikan tongkol asap ini perlu segera dipecahkan. Penelitian tentang desain rumah asap yang memenuhi standar pengasapan tongkol, meneliti bahan bakar yang paling sesuai dan mengamati berbagai kendala yang diperkirakan mempengaruhi masa simpan. Hasil penelitian ini mendapatkan teknologi yang dapat dikembangkan sebagai transfer ilmu pengetahuan ke masyarakat di Kabupaten Natuna.

Dari berbagai gambaran yang dikemukakan pada bagian terdahulu dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
  • Ikan tongkol asap merupakan salah satu jenis ikan olahan yang cukup digemari oleh masyarakat Natuna, khususnya mereka yang berdomisili di Kota Ranai. Dengan demikian pasar untuk jenis ikan ini masih mungkin dapat diperluas ke wilayah lain di luar kota Ranai.
  • Jenis asapan ikan tongkol di Ranai ini umumnya berbentuk ikan utuh, meskipun insang dan perut telah dibuang.
  • Dari hasil uji beberapa parameter mutu, terlihat bahwa dengan penyimpanan pada temperature kamar, masa simpan ikan tongkol relative pendek (≤ 3 hari). Dengan demikian akan sulit untuk didistribusikan pada pasar yang lebih jauh yang memiliki konsekwensi waktu simpan.
  • Kualitas produk asap olahan ini juga bervariasi terkait dengan musim penangkapan, dan kualitas bahan baku ikan yang diolah. Dengan kata lain, pada musim penangkapan tongkol bahan baku yang digunakan jauh lebih baik ketimbang pada saat tidak musim penangkapan.
  • Metoda pengolahan dan penanganan ikan yang akan diasap oleh masyarakat tempatan relative cukup baik terlihat dari pemahaman penggunaan air bersih dan garam yang baik, kecuali tempat pengasapan yang diperkirakan menjadi salah satu penyebab rendahnya dan bervariasinya kualitas ikan asapan.
  • Pelatihan pengolahan ikan asap terhadap sasaran menunjukkan adanya peningkatan dan kesadaran terhadap hubungan antara metoda dan alat pengasapan dengan mutu ikan asap yang dihasilkan.
  • Penggunaan lemari asap yang dimodifikasi telah menunjukkan terdapat peningkatan effektifitas (waktu pengasapan yang relatif lebih pendek), effisiensi (bahan bakar yang dengan jumlah yang lebih kecil), dan kualitas sensoric yang lebih baik (warna yang menarik, dan keseragaman warna dari seluruh ikan yang diolah.
  • Modifikasi terhdap jenis asapan (ikan asap belah, dan ikan asap tipis) menunjukkan perbedaan kualitas masa simpan dibanding dengan ikan asap berbentuk utuh. Tambah tipis daging ikan yang di asap bertambah panjang masa simpannya.